Kritik normatif adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.
Ruang Pertunjukan |
Objek kritik normatif yang saya gunakan adalah Planetarium dan Observatorium Jakarta, di mana objek ini termasuk salah satu tempat pemutaran film yang memiliki beberapa karakteristik yang hampir sama dengan tempat pemutaran film lainnya.
Planetarium dan Observatorum Jakarta ini termasuk salah satu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemutaran film 2 dimensi dan memiliki beberapa karakteristik yang berkaitan dengan bangunan tempat pemutaran film lainnya. Berikut adalah spesifikasi dari Planetarium :
- Ruangan berbentuk lingkaran (circular shape) merupakan standar internasional untuk mendukung pemutaran film astronomi di planetarium, teknologi proyektor khusus yang dapat berputar 360 derajat akan bekerja maksimal dan cocok untuk ruangan dengan bentuk lingkaran (circular shape).
- Memiliki jarak pandang sejauh 13 meter.
- Memiliki sudut kemiringan sebesar 3˚. Dalam keadaan sudut kemiringan ini termasuk landai pada Planetarium.
- Seluruh objek pemutaran film hampir memiliki sudut pandang penonton yang sama pada baris pertama 30˚, tengah 60˚ dan terakhir 110˚.
- Kapasitas penonton termasuk kelompok kapasitas kecil yaitu kurang dari 400 kursi, dan hanya terdiri dari satu kelas penonton.
- Pada sirkulasi penontonnya, yaitu sirkulasi linier.
- Menggunakan 1 buah proyektor Zeiss Universarium Mark IX
- Untuk material pelapis dinding, lantai dan plafonnya semua menggunakan karpet. Karena material tersebut memberikan peredaman suara yang lebih optimal. Makin tebal dan berat karpet maka makin besar pula daya serap dan kemampuannya dalam mereduksi kebisingan
Dinding, Lantai, Speaker di Planetarium Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014) |
Sumber : Penelitian Arsitektur pribadi (2015)
No comments:
Post a Comment